kecap no 1

Di sebuah pasar terdapatlah berbagai penjaja kecap. Merk-merk kecap yang dijajakan sangat banyak. Namun yang lebih menarik adalah cara-cara yang digunakan para penjual kecap itu. Mereka dengan semangatnya menilai kecapnya sebagai kecap no satu, tidak ada yang lain yang bisa menyamai. Bahkan kalau perlu kecap merk pesaingnya diberi label-label buruk. Para penjual kecap itu juga sama-sama mengklaim bahwa kecapnya bisa menyehatkan, hanya dengan meminum kecapnya tiap hari maka kesehatan akan datang kepada konsumennya. “Tidak perlu nasi, tidak perlu sayur lain, bahkan tidak perlu krupuk untuk bisa sehat. Hanya kecap saya yang bisa memberi kesehatan!,” teriak salah satu penjual kecap. Kalau ada penjual kecap lain yang tampaknya laku dan kelihatannya lebih bergizi tidak segan-segan kampanye hitam digunakan. Disebutlah kecap racun, kecap penuh kolesterol, kecap dengan minyak hewani, dan lain-lain. Hal tersebut sering dilakukan oleh para penjual kecap, baik dari merk yang satu ataupun yang lain. Namun ada juga orang-orang yang tidak mau menkonsumsi kecap-kecap itu. Orang-orang ini malahan seringkali dimaki-maki, karena dianggap para penjual kecap sebagai orang sesat, ke pasar kok gak beli kecap menurut mereka. Ada juga yang suka berganti-ganti, sedangkan yang lain tidak mempermalasahkan merk-nya, asal bisa makan krupuk dengan nikmat ditambah kecap. “Tokh yang penting kecapnya bisa untuk makan krupuk, apapun merknya” kata seorang konsumen. Orang-orang ini juga tidak terhindar dari kecaman para penjual kecap, dianggap tidak membela merk kecapnya, bahkan kadangkala anak-anak yang suka nongkrong di pasar yang tergabung dalam Fans Pembela Kecap (FPK) diberdayakan. Anak-anak ini sebagian hanya ikut-ikutan, biar dianggap hebat, apalagi kalau rame-rame. Padahal kalau sendirian menghadapi kucing garong sekalipun akan terkencing-kencing. Pokoknya berbagai cara digunakan oleh para penjual kecap ini. Ada yang dengan corong-corong bervolume maksimum, ada dengan hiburan tari-tarian, sampai mendatangkan penceramah-penceramah hebat. Buku resep mereka masing-masing dianggap paling benar. Tidak jarang perkelahian antar fans merk kecap bisa terjadi karena dipanas-panasi promosi para penjual kecap ini. Yah padahal si penjual-penjual kecap ini cuma teriak-teriak dan tidak ikut-ikutan, hanya memprovokasi. Bahkan masih bisa menikmati keuntungan dari penjualan kecapnya, buktinya kalau datang ke pasar selalu naik mobil sedan mewah, gak mau ikut lagi ke truk kecapnya.  Orang-orang yang tidak suka kecap jadinya tidak jarang menyindir kecap-kecap ini. “Tuh kan buktinya kecap bisa bikin kekacauan”, kata salah satu orang yang tidak menyukai kecap. Penjual-penjual kecap tentunya tidak mau kekurangan pendapatan dari tajamnya persaingan perkecapan, mereka tidak peduli konsumennya babak belur.  Mereka terus saja berkoar-koar dan kalau perlu menghina pedagang lainnya. Pokoknya kecapnya nomor satu dan bisa menyehatkan, yang lain tidak.

Banyak yang bingung, mengapa jualan kecap saja perlu sampai gontok-gontokan. Padahal sama-sama kecap, bahannya dari kedelai hitam, dengan gula aren. Ada beberapa peneliti kecap menyatakan bahwa sebenarnya kecap-kecap ini sama saja, bahkan pencipta resep ramuan kecap ini sama, cuma lalu ditempel beberapa merk oleh bekas karyawannya yang akhirnya bisa memproduksi kecap sendiri. Dari yang asalnya sama, buku resep yang mirip-mirip, cuma beda warna kemasan dan merk kecap, orang-orang masih bisa bertengkar karenanya. Mungkin lupa kalau asalnya kecap-kecap itu sama dan bisa menyehatkan kalau dimakan dengan nasi, lauk, dan sayur (plus krupuk berkualitas) yang sehat.

Anda termasuk penikmat kecap? Asal tidak lupa saja kalau kecap anda sebenarnya sama dengan kecap tetangga atau teman anda.

Tinggalkan komentar

Filed under Masyarakat

Tinggalkan komentar